Khat Diwani Jali
Khat diwani jali merupakan gaya kaligrafer yang dibuat oleh masyarakat Turki Utsmani hasil olahan kaligrafer besar Syahlan Pasha. Gaya ini merupakan pengembangan dari khat diwani atau diwani ‘adi (biasa). Jali artinya “jelas” (wadih), maksudnya “sangat jelas karena detail-detail syakal didalamnya”.
Baik diwani ‘adi maupun diwani jali dua-duanya disebut khat humayuni dan khat muqaddasi. Humayun maksudnya raja-raja humayun sedangkan muqaddas artinya disucikan, karena gaya kaligrafi ini khusus dipakai menulis oleh para Sultan dan “Sultan adalah bayang-bayang Tuhan di bumi”.
Diwani jali yang semula banyak digunakan untuk menulis naskah, sertifikat dan korespondensi antar Negara oleh para Sultan Turki Usmani berkembang dan semakin halus menjadi tulisan hias pada abad ke 19 dan 20 terutama ditangan para kaligrafer modern seperti syeikh Muhammad Abdul Aziz Al-Rifa’I dimesir, Syeikh Nasyib Makarim di libanon, dan Hasyim Muhammad Al-Baghdadi di Irak. Keindahan khat ini tambah sempurna ditangan para master kaligrafer muta’akhir seperti Sayyid Ibrahim (Mesir), Muhammad Sa’ad Hadad dan Mus’ad Mustafa Khudir Al- Bursya’id (Mesir), Muhammad Sadiq Al-Hayyaq (Syiria), Jawad Sabti An-Najvi, Muhammad Izzat Kirkuqli, Jasim An-Najvi, Wlid Al-A’Zami (Irak), dan lain-lain.
Kelebihan yang merupakan karakter khas diwani Jali dari diwani ‘adi adalah penyematan tanda syakal yang memenuhi ruang tulisan dengan titik-titik segi empat (seperti titik untuk Tsulust) dan aksesoris berupa tutul-tutul titik yang lembut. Keindahan diwani jali justru tidak nampak tanpa susunan geometris komponen-komponen yang padat karena itu pula diwani jali ditulis pula dengan waktu yang agak lama.